Minggu, 11 November 2012

LAPORAN KEGIATAN Kunjungan di Museum Radya Pustaka Surakarta



a

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “LAPORAN KEGIATAN
Kunjungan di Museum Radya Pustaka Surakarta

Laporan ini berisikan Sekilas tentang informasi Museum RADYA PUSTAKA, dan Diharapkan Laporan ini dapat memberikaninformasi kepada kita semua tentang Museum RADYA PUSTAKA,

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Laporan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamiin.















                Daftar Isi

Cover    1
Kata Pengantar    2
Daftar Isi    3

Pendahuluan    4
Museum Radya Pustaka    5
Isi Museum    8
Koleksi    9
Perpustakaan    10
Jamasan    12

Penutup    13


























Pendahuluan

Museum merupakan sarana dalam pengembangan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan juga dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peran strategis terhadap penguatan identitas masyarakat.Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai media edukasi untuk memberikan gambaran tentang perkembangan alam dan budaya manusia kepada publik.

Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia, yaitu:
1.                  mencerdaskan kehidupan bangsa;
2.                  memperkuat kepribadian bangsa; dan
3.                  membangun ketahanan nasional dan wawasan nusantara.

Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasionalmuseum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat memberi inspirasi tentang hal-hal penting dari masa lalu yang harus diketahui untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu, untuk menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan bersama untuk penguatan, pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada semua tataran komponen masyarakat bangsa Indonesia, baik dalam skala lokal, regional maupun nasional.











Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka i dibangun pada tanggal 28 okt 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X terletak di jalan protokol Slamet Riyadi, dikompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari, Surakarta.



Museum ini didirikan oleh Patih Karaton Surakarta : Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890, semasa pemerintahan Sri Susuhunan Pakoe Boewono IX memegang tampuk pimpinan, hingga penghujung tahun 1990 sudah genap berusia satu abad. Dalam bangunan ini banyak menyimpan riwayat R.T.H. Djojohadiningrat II yang nama kecilnya Walidi, yang memprakarsai pendirian sebuah perkumpulan Paheman Radya Pustaka dengan museumnya. Namun realisasinya terwujud pada hari Selasa Kliwon tanggal 15 Maulud Ehe 1820 bertepatan tanggal 28 Oktober 1890.

            Pengurus Paheman Radya Pustaka menandai penghargaan terhadap pemrakarsa pendirian museum ini dengan mengabadikan nama kecilnya, pada gedung sebelah timur museum dengan nama WALIDYASANA, gabungan dari kata Walidi dan Asana (tempat). Gedung ini tanahnya dibeli oleh Sri Susuhunan Paku Buwana X senilai 65 Ribu Gulden Belanda dari Johanes Busselaar dengan akta notaris 13/VII tahun 1877 nomor 10 tanaheigendom. Untuk menghargai K.R.A. Sosrodingrat IV, maka dibuatkan patungnya yang ditempatkan di tengah museum yang dulu dikenal sebagai Loji Kadipolo.

            Museum mewujudkan tujuannya dalam bentuk kegiatan budaya.Misalnya sarasehan Kesusastraan Jawi pada setiap hari Rabu malam Kamis, dengan menempati Antisana Kepatihan.Di Kepatihan itu, di ruang Panti Wibawa tersimpan buku-buku kebudayaan.Inilah cikal bakal perpustakaan. Radya Pustaka juga aktif dalam bidang penerbitan , misalnya dengan menerbitkan candrawati Sasadara, Candrakarta, dan lain-lain.

            Proses pemindahan museum ini dari Dalem Kepatihan ke Gedung Kadipolo pada tanggal 1 Januari 1913. Gedung ini digunakan untuk museum dan Sriwedari digunakan untuk Kebon Rojo.Hal tersebut dimulai ketika gedung yang kosong tersebut diminta oleh pengurus Paheman kepada Sri Susuhunan untuk kepentingan Radya Pustaka.

Museum Radya Pustaka Solo


            Sejarah mencatat, sebagai pimpinan pengurus Radya Pustaka terdiri dari R.T.H. Djojodiningrat II (1899-1905), R.T.H. Djojonagoro (1905-1914), R.T. Wuryaningrat (1914-1926), G.P.H. Hadiwidjojo (1926 hingga beliau wafat).

            Dari sebuah perkumpulan kemudian berubah bentuk sebagai badan hukum Yayasan Paheman Radya Pustaka pada hari Minggu tanggal 11 November 1951.Pemerintah RI di Jakarta juga membantu subsidi keuangan dan tenaga karyawan museum dengan pertimbangan tidak ada museum milik bangsa Indonesia yang setua museum ini.

            Dalam aktivitasnya museum ini menyelenggarakan sarasehan yang terdiri dari unsur utusan Karaton Kesunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunagaran, Pura Paku Alaman serta sejumlah hadirin, yang kemudian melahirkan ejaan Sriwedari,yaitu suatu kesepakatan dalam cara penulisan huruf Jawa dan menjadi keputusan Pemerintah pada tanggal 29 Desember 1922. Radya Pustaka kemudian mendirikan Panitibasa pada 25 Syawal Be 1820 atau 15 November 1941 dengan pimpinan G.B.H. Kusumayuda dan menerbitkan Candrawati dan Nitibasa. Pemerintah membeli Candrawati untuk dibagi-bagikan ke sekolah-sekolah secara gratis.Juga dimulai peng-Indonesia-an buku-buku yang bertuliskan huruf Jawa.

            Beberapa kursus yang diselenggarakan misalnya kursus Pedalangan (1923 – 1942), kursus Karawitan dengan guru Dr. H. Kramer dan Dr. Th. Pigeaud.Kegiatan lainnya berupa Pameran Pembuatan Wayang Kulit, Ukir, Batik.

            Barang-barang pengisi museum banyak berasal dari Karaton Kasunanan Surakarta, Kepatihan, dari hasil pembelian, dari G.P.H. Hadiwijaya, dan sumbangan partisipan lainnya.

            Ketika sebagian pengurus telah surut karena lanjut usia, museum ini bagaikan anak yatim piatu. Banyak problem menghadang. Misalnya ketika dituntut ganti rugi sewa penggunaan gedung Kadipolo oleh ahli waris R.T. Wiryodiningrat, maka Ketua Presidium Museum melakukan pendekatan kepada Menteri dalam Negeri yang saat itu Bapak H. Soepardjo Roestam dan Dirjen Kebudayaan Dr. Haryati Soebadio untuk menyelesaikan masalah tersebut.



            Kegiatan museum selama seperempat abad terakhirdi antara lain :
(1) Pameran antar Museum Internasional di luar negeri;
(2) renovasi museum dengan bantuan Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra;
(3) Menyelenggarakan Lomba Penulisan Museum Radya Pustaka bagi para siswa di Surakarta dengan bekerja sama pengurus Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Surakarta tahun 1986;
(4) akhir-akhir ini upaya renovasi gedung dan panataan isinya dengan bantuan Deparpostel dan Depdikbud, menyongsong peringatan 100 tahun Radya Pustaka, serta menerbitkan buku berjudul Sultan Abdulkamit Herucakra Kalifatullah Rasulullah di Jawa 1787-1855 dan himpunan naskah terbitan Museum Radya Pustaka dengan judul Urip-urip.
Isi Museum

            Di halaman depan museum terdapat patung setengah badan R. Ng. Ranggawarsita. Buku karya Ranggawarsita dan pujangga lainnya yaitu Yasadipura yang berisi ungkapan fal
safah, tuntunan hidup, kisah raja, sejarah, sastra, dan lainnya terhimpun di museum ini.

            1. Perangkat gamelan kuno                             
2. Organ gamelan mirip piano
3. Koleksi uang kuno
4. Kepala perahu kuno
5. Berbagai jenis wayang (termasuk Rajamalaberkepala raksasa)
6. Aneka macam patung kuno dari batu dan perunggu
7. Bermacam jenis payung dan lain-lainnya dipajang didalam museum ini

            Banyak calon sarjana yang menghimpun bahan skripsi dari museum ini.Bahkan sejumlah sarjana asing juga mempelajari bahasa jawa, sejarah kebudayaan untuk bahan penulisan buku dari museum ini.












 

 

 

 

Koleksi

Koleksi Museum paling banyak adalah Koleksi ARKEOLOGIKA terbagi 2 yakni:
1. Prasejarah :
    - Batu Lumpang
    - Batu Lesung
    - Menhir
    - Batu Komboran
2. Klasik :
    - Arca Hindu :
               ~ Arca Shiwa            ~ Arca Ganesha
               ~ Arca Wisnu            ~ Fragment Candi
               ~ Arca Durga            ~ Jaladwara / Nagamakara
    - Arca Budha :
              ~ Arca Avalokitecvara   
              ~ Arca Budha Gaotama
              ~ Arca Dewi Tara
Koleksi Keramik :
  - Piring, gelas Kristal, Guci, gerabah
  - Piala Porselain dari Kaisar Napoleon Bonaparte
Koleksi Etnhografi :
  - Peralatan Tradisional :
              ~ Kudi, alat rumah tangga kuno, alat pertanian kuno
  - Peralatan Upacara
             ~ Jodang Sesaji
  - Perlatan Kesenian
            ~ Wayang Kulit, Beber, Gedhog, Krucil dll
            ~ Gamelan Slendro Pelog, Gamelan Tunggal
Koleksi Senjata :
  - Keris, Tombak, Parang, Pedang, Panah, Gadha, Senapan dll
Koleksi Buku - Buku :
  - Naskah Carik Jawa dan Naskah Cetak Jawa
            ~ Serat, Babad, Tembangan, Suluk dll
  - Buku Indonesia Kuno dan Buku berbahasa Belanda
Koleksi Numemastik :
  - Mata uang Kuno dari Indonesia dan dari Mancanegara
koleksi Masterpice :
  - Chantik Kyai RAJAMALA (hiasan haluan kapal Keraton Surakarta pada masa Paku Buwana IV)

            Masih banyak koleksi lainnya yang berada di ruang koleksi Museum Radyapustaka, yang merupakan Museum tertua di Indonesia. Koleksi Museum Radyapustaka kebanyakan berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta dan koleksi pribadi milik KRA. Sosrodiningrat IV.

Perpustakaan

Perpustakaan Radyapustaka justru merupakan bagian tertua dari sejarah berdirinya Museum Radyapustaka, karena sebelum di kenal menjadi Museum, Perpustakaan ini telah terlebih dahulu ada dan di gunakan sebagai PAHEMAN atau tempat berkumpulnya para Sastrawan serta Pujangga dari Karaton Surakarta dan dari Kepatihan.
Tujuan daripada didirikannya Paheman Radyapustaka ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat kebanyakan untuk belajar dan membaca buku - buku baik itu Serat Jawa maupun Buku berbahasa Belanda, hal tersebut memang adalah keinginan dari KRA Sosrodiningrat IV yang adalah Patih dalem Paku Buwana IX. yang merupakan tokoh pendiri Paheman Radyapustaka ini.
Buku - Buku yang ada di Perpustakaan Radyapustaka ini kebanyakan berupa buku - buku yang bermuatan Sejarah maupun budaya yang dapat di lihat dari Buku Babad dan Serat Carik maupun Cetak tentunya dengan huruf tulisan aksara Jawa.sedangkan encyclopedia Indonesia serta Asia dapat di lihat dari buku - buku berbahasa Belanda.
https://s-external.ak.fbcdn.net/safe_image.php?d=AQCZGog24Ug5EgNp&url=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com%2F_LaX2KKbF67o%2FS6Rey7AzfxI%2FAAAAAAAAACQ%2FwMFdDgRmM_w%2Fs320%2FNASKAH%2BJAWA%2BKUNO.JPG
Berikut merupakan beberapa judul buku di Perpustakaan Radyapustaka :

Jawa Carik ;
- Babad Mataram
             tentang sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam pertama
- Primbon Mankuprajan
             tentang mantera - mantera, bertuliskan huruf Arab Pegon
- Kawruh Empu
             tentang pembuatan Keris dan bentuk bentuk Keris

- Babad Tang Tiau
            Cerita legenda dari Kerajaan China, bertuliskan aksara Jawa
- Kuran Jawi 
            Al-quran dengan tulisan tangan yang beraksara Jawa

Buku - Buku Belanda ;
- Aanteekeningen bijnet oud Javansche Bishmaparwa
- Sumatera thes
- Encyclopaedie Nederlandsch Indie
- Javaansch - Nederlandsch Handwoordenboek
- Pararaton (Ken Arok)
- De Java - Oorlog Van 1825 - 1830

                Dan masih banyak Buku lainnya yang merupakan koleksi Perpustakaan Museum Radyapustaka, selain itu juga banyak memiliki koleksi buku berbahasa Indonesia dari era tahun 1940 hingga 2000, serta buku terjamahan dari buku Jawa Carik.















Jamasan

    Jamasan, suatu ritual untuk membersihkan dan merawat benda pusaka yang hanya di lakukan saat bulan Suro, yakni tahun baru dalam kalender Jawa.Jamasan atau ritual memandikan Pusaka tersebut memerlukan perlengkapan khusus yang terdiri dari: Anglo Padupan (tempat membakar Kemenyan), Tepas (kipas) anyaman bambu, serbet, meja panjang dengan tutup ,tikar pandan, kuas dan minyak klentik (minyak  kelapa) di buat khusus oleh wanita yang sudah tidak datang bulan.
    Sesaji untuk melengkapi upacara / ritual seperti Nasi, Ayam ingkung,Pisang ayu, kembang telon,jajan pasar dan masih banyak lagi.
sedangkan untuk Orang yang akan melakukan ritual Jamasan harus Sesirik yakni berpuasa sehari sebelum menjamasi dan selama melakukan prosesi jamasan serta 7 atau 40 hari puasa Ngrowot.
Tujuan Jamasan Pusaka bukan berarti mengeramatkan pusaka, namun untuk menanamkan sikap hormat pada leluhur yang mewariskan benda pusaka tersebut dan rasa cinta terhadap budaya bangsa..(sumber Bauwarna)














Penutup

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam Laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul Laporan ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya Laporan ini dan dan penulisan Laporan di kesempatan – kesempatan berikutnya.Semoga Laporan ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar